Wednesday, April 15, 2015
WCSL ( World Care Scouting League ) 2014
Disana kami mendapatkan begitu
banyak pengalaman yang menyenangkan. Kami begitu sangat kompak dan bekerja sama,
kami ingin mewujudkan impian dan mimipi kami. Disana tidak ada susah maupun sedih, semua kita
Lewati bersama.
Senam pramuka, inilah potret dari lomba kami, berbulan – bulan
latihan dan Alhamdulillah mendapatkan juara II.
KPDA (Kursus Pengelola Dewan Ambalan)
Kursus Pembelajaran Dewan Ambalan sebagai
event 1 tahun sekali hadir di tengah-tengah Penegak di wilayah pantura dan
merupakan sebuah kesempatan besar bagi anggota pramuka di seluruh kawasan
pantura. Kegiatan KPDA ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2015 bertempat
di Desa Payaman Solokuro, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. KPDA kali ini
diikuti oleh 100 lebih orang Pramuka Penegak yang berasal dari beberapa
pangkalan.
MA NU Mazro’atul Ulum merupakan salah satu
madrasah yang berperan aktif dalam agenda kegiatan kepramukaan. MA NU
Mazro’atul Ulum mendapat undangan dari pangkalan MA Roudlotul Muta'abiddin
untuk mengajukan 20 orang (10 putra dan 10 putri) yang mengikuti kegiatan
tersebut. Tetapi, pangkalan MA NU Mazro’atul Ulum hanya mengirimkan 7 orang
putri saja. Peserta dari pangkalan MA NU Mazro'atul Ulum yang mengikui kegiatan
tersebut yaitu (Ameliya Safitri, Aprilia Rahmawati, Dara Sukma Adi Rani, Eka
Zahrotun Nadhifah, Fuadatus Sayyidatul Munawarah, Putri Ismi Suciyati, dan
Zulfah Lis Syafawati).
Pada kesempatan kali ini, Kwaran paciran yang
mengikuti KPDA adalah dari 7 pangkalan dan 8 pangkalan putri. Untuk kegiatan KPDA ini yang dilakukan selama 1 hari
seperti outbond, workshop, dan rencana tindak lanjut.
Dari kegiatan KPDA pramuka penegak
ini dikumpulkan bukan hanya untuk berpesta dan bersenang-senang, namun pramuka
penegak diajarkan begitu banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang dapat
diamalkan dan dibagikan kepada masyarakat, dan pramuka penegak juga dapat berkarya
dengan nyata sesuai dengan kemampuan masing-masing.
DIKLAT PBB 2014
Diklat PBB dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 04 september 2014 dan dimulai pada jam 15:00 WIB, diikuti oleh
para siswa siswi MA NU MAZRO’ATUL
ULUM. acara ini sangatlah bermanfaat bagi seluruh siswa, pada saat pemerintah
menyatakan kurikulum 2014 pramuka diwajibkan bagi seluruh SLTA,maka kepala
sekolah menekankan kepada seluruh siswa untuk lebih berdisiplin,maka dari
kepala sekolah mengundang koramil paciran untuk melatih PBB.
Salah satu dari koramil yang
memimpin para siswa-siswi berbagai PBB variasi dan personil dari koramil
lainnya bertugas sebagai mengoreksi siswa-siswi yang masih kurang benar dalam
PBB, yang diajarkan oleh bapak koramil diantara lain: hadap kanan, belok kiri, hadap
kiri, belok kiri, serong kanan, serong kiri, penghormatan, isirahat ditempat, dan
masih banyak lagi. siswa-siswi sangat senang karena yang memimpin orangnya seru, tidak terlalu
serius, dan lucu
Saat
bapak-bapak dari koramil memberi contoh gerak jalan yang tepat
Jalan
ditempat, maju jalan dan haluan kanan kiri
Kemudian para siswa mempraktekkan gerak jalan yang dicontohkan oleh para
koramil, para siswa sangat antusias dan berusaha untuk bisa. Dan ini hasilnya
semuanya sangat serius.
Bantara 2014
Kegiatan Bantara di Almaz yang diselenggarakan pada tanggal 30
Januari 2014 yang diikuti oleh 19 peserta, yang startnya di ALmaz, disana HP
dan uang yang dibawa oleh peserta diambil atau bahasa kasarnya dirampas oleh kakak-kakak
senior di pangkalan ini dan kita dikasih uang perorang Rp. 2000 terserah dibuat
apa, kita dikasih kesempatan untuk naik mobil dengan uang seadanya itu atau
memilih berjalan saja, lalu kita di kasih tugas untuk menyelesaikan sandi yang
isinya menuju masjid yang berada di Payaman. Belum setengah perjalanan kita bertemu
mobil pick up dan kita diperbolehkan naik secara gratis oleh sopirnya sampai ke
tempat tujuan.
Sampai di Masjid Payaman semua peserta (sangga) mempresentasikan
mading 3D (3 Dimensi) yang telah dibuat secara berkelompok yang telah ditentukan
sebelumnya dan setelah itu masing-masing sangga diberi tugas untuk melakukan
kunjungan ke beberapa Pangkalan atau Sekolah yang ada disekitar dan harus membuat
laporan dan kembali ke Masjid lagi untuk melakukan sholat maghrib berjama’ah
lalu makan bersama dan kemudian melakukan sholat isya’ berjama’ah.
Pas waktu sudah menunjukan sekitar jam 10.00 WIB semua peserta
kumpul dan membentuk lingkaran bersama kakak senior yang bernama Kak Firhat dan
Kak Dzikrul kemudian kita main sebuah game yang berupa pertanyaan yang dimana ada
peserta yang bisa menebak pertanyaan itu maka sangga itulah yang bisa melanjutkan
perjalanan lebih dulu dan begitu seterusnya.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Tong bolong
tepatnya diperbatasan Payaman dengan Sendang, disitu materinya adalah
Nasionalisme Patriotisme dan uji pengorbanan dimana masing-masing peserta harus
mengorbankan salah satu barang yang dimiliki dan rela untuk dikorbankan kepada
orang yang membutuhkan tepatnya untuk korban banjir, dari semua peserta ada yang
memberikan makanan ringan (snack), uang yang cuma punya 2000, bahkan ada yang
merelakan jaket dan jam tangan yang dimiliki dan kemudian mengerjakan tugas
sandi yang berisi petunjuk untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah sudah selesai materi dan mengerjakan sandi
dilanjutkan perjalanan menuju ke Balai Desa Sendang, disana materinya adalah
Dasa Dharma Pramuka dimana disana masing-masing sangga ditanyai apa maksud dari
Dasa Dharma Pramuka, maksud dari masing-masing Dharma, setelah lama materi kita
kembali dikasih tugas sandi untuk dikerjakan dan kemudian melakukan tugas
tersebut, yaitu melanjutkan perjalanan menuju ke Pesarean Sendang (Sunan
Sendang).
Di Pesarean materinya adalah Tri Satya dan Pancasila,
setelah lama disana lagi-lagi kita disuruh mengerjakan tugas sandi yang isinya
petunjuk perjalanan selanjutnya yaitu menuju ke Shorum Batik Sendang disana
materinya adalah Pacasila, semua peserta ditanyai satu satu tentang pancasila.
Setelah usai kita semua melanjutkan perjalanan menuju ke Padepokan Jatirogo,
sebelum sampai Padepokannya kita semua dikasih materi tentang SMS (Sandi,
Morse, Semaphore) di halaman bawah. Setelah usai materinya baru semuanya
disuruh naik menuju ke padepokannya. Kemudian satu persatu peserta dipanggil
masuk ke sebuah gubuk disana dan disuruh membawa SKU yang telah diselesaikan
dan kertas yang isinya Sejarah Pramuka yang sudah dikerjakan sebagai salah satu
Syarat Kecakapan Umum (SKU), didalam gubuk adalah materinya uji kelayakan
menjadi penegak bantara, masing-masing orang dikasih waktu 5 menit. Setelah
waktu habis peserta keluar dengan dikasih plastik yang berisi air dan air
tersebut tidak boleh bocor atau sampai hilang, karena paginya akan digunakan
untuk perang air gna mendapatkan bet bantara.
Setelah satu persatu peserta sudah selesai semua selanjutnya
kita dipanggil kebawah dan kemudian disuruh pergi ke salah satu masjid yang ada
di Gayam, kita diberi sebuah kertas yang bertuliskan pribahasa bahasa jawa dan
kita disuruh mencari artinya. Setelah sudah selesai mengerjakan tugas tersebut semua
peserta istirahat di masjid Gayam sampai pagi lalu kembali menuju bukit tinggi
yang ada di Jatirogo, disana kita melaksanankan perang air untuk mendapatkan
TKU Bantara yang dipegang oleh kakak senior. Setelah lama kemudian ada yang
berhasil mengambil TKU tersebut dan permainan berakhir, kita semua turun menuju
padepokan disana tugasnya adalah mencari TKU dimana didalamnya ada kertas yang
harus cocok dengan kertas yang sudah dicari artinya tadi, semua peserta
kebingungan untuk mencarinya sudah dicari kemana-mana tapi tidak ada yang
menemukan, akhirnya salah satu peserta ada yang berhasil menemukan TKU tersebut
di tasnya kemudian peserta yang lain mencari di tas mereka masing-masing dan
menemukannya tapi tulisannya tidak sesuai, lalu semua peserta saling bertukar
TKU untuk mencari kecocokan tulisannya.
Setelah semua sudah cocok kita semua dibariskan dan sedikit
diberi arahan dan kegiatan bantara ini telah selesai dan masing-masing kakak
senior dan peserta saling bersalaman dan memberi selamat karena kegiatan telah
selesai. Setelah itu uang dan HP dikembalikan pada masing-masing peserta
kemudian semua pun sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah masing-masing.
Pada
tanggal 23 Februari 2014 dilaksanakan pelantikan Penegak Bantara di Almaz yang
dilantik oleh senior sekaligus Pembina dipangkalan Almaz ini, yaitu Kak Sukron
Ma’mun. Dimana kita disuruh minum air yang sudah dicampur dengan kecap dan
beberapa macam bunga setelah dipasangkan TKU kepundak masing-masing peserta.
Penerimaan Tamu Ambalan 2015
Penerimaan
tamu ambalan bisa kita sebut juga dengan PTA, yakni suatu kegiatan ambalan yang
dilakukan oleh semua calon anggota ambalan sebelum masuk menjadi anggota
ambalan yang sah. Belum sah seorang anggota ambalan jika belum mengikuti PTA.
PTA juga bisa disebut MOP Pramuka, sebab dalam kegitan ini ditunjukkan beberapa
adat ambalan dan sejarah ambalan itu sendiri. Para calon anggota ambalan
digembleng dalam kegiatan ini supaya para calon anggota bisa mempunyai karakter
pramuka yang kuat serta menguji kesetiaan para calon anggota dalam ambalan
dimasa yang akan datang.
Tujuan
diadakannya PTA juga untuk Menarik minat siswa dalam ekstrakurikuler
Pramuka, Memberikan penjelasan tentang struktur Ambalan MA NU Mazro’atul Ulum,
Memperdalam wawasan siswa tentang kePramukaan, Menanamkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Dasa Dharma dan Tri Satya. Tidak hanya itu saja, dalam
kegiatan ini juga untuk melatih kekompakan antara calon anggota ambalan.
Layaknya penjelajahan kegiatan PTA juga ada beberapa pos, tidak seperti
kegiatan kenaikan tingkat BANTARA atau LAKSANA, PTA lebih memliki pos yang
simple dan cocok untuk para pemula calon anggota pramuka, antara lain pos
keterampilan dan teka-teki, pos penyamaran, pos Dasa Dharma dan Tri Satya, Pos
Pancasila, Pos sejarah, adapun yang lain lebih keren disebut Mental Training
dan Pencarian tiket ambalan. Semua itu dilalui dalam waktu sehari.
Pos pertama yaitu pos keterampilan
dan teka-teki, di pos ini para calon
anggota ambalan dituntut untuk membuat suatu hasta karya yang berbahan dari
koran, adapun disuruh untuk membuat suatu sorak yel – yel yang mempunyai ciri
khas yang menunjukkan karakter anta kelompok satu dengan yang lain.
Di pos selanjutnya para calon anggota
di haruskan melakukan penyamaran sampai pada pos berikutnya. Banyak para calon
anggota yang menolaknya akan tetapi akhirnya mereka mau melakukannya atas
paksaan dan ancaman yang diberikan senior, ini dilakukan karna agar para calom
ambalan belajar untuk menjadi anak pemberani dan tidak menjadi anak yang
pemalu.
Pos berikutnya yakni pos dasa dharma
dan tri satya, di pos ini para calon anggota ambalan diharuskan menghafalkan
dasa dharma dan tri satya dan juga mengerti kandungan – kandungan yang ada
didalamnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar para calon anggota ambalan faham dan
mengetahui kewajiban seorang pramuka penegak yang benar. Termasuk membangun
kepribadian mereka.
Pos keempat yaitu
pos pancasila, disini para calon anggota mendalami tentang pancasila,
menghafalkan dan menjelaskan maknanya satu persatu. Di pos ini juga dijelaskan
oleh para senior-senior tentang sejarah berdirinya pramuka di Almaz.sepak
terjang perjuangan para senior-senior untuk membangun suatu gerakan pramuka
yang sempat mati.
Pos selanjutnya
adalah mental training, disini mental para calon anggota ambalan diuji, sekitar
tengah malam diharuskan berjalan perkelomopok menyusuri jalan yang kanan
kirinya penuh dengan hutang dan tanpa penerangan satupun kecuali senter yang mereka
bawa sendiri, mental mereka diuji dan digembleng sekeras-kerasnya supaya
menjadi pribadi yang berani akan setiap rintangan yang dilalui dalam hidup
mereka nanti.
Disini
lah akhir dari perjalanan para calon anggota ambalan melewati semua rintangan dalam
kegiatan ini, mencari tiket untuk menjadi anggota ambalan yang sah, disinilah yang paling menentukan perjuangan mereka.
Saturday, April 11, 2015
Wagub Buka Secara Resmi Perkemahan Pramuka Santri Nusantara
KBRN, Banjarmasin : Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) IV Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan yang di gelar di Bumi Perkemahan Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra Cindai Alus Kabupaten Banjar telah resmi dimulai kemarin.
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalsel H. Rudy Resnawan selaku inspektur upacara pada upacara pembukaan PPSN tersebut.
Dalam sambutannya Rudy berharap melalui kegiatan perkemahan ini, dapat membangaun atmosfir untuk saling belajar dan bertukar informasi, serta membentuk karakter dan kepribadian para santri yang unggul dan tangguh.
Selanjutnya, Rudy berpesan kepada ratusan peserta PPSN yang berasal dari pramuka santri dan santriwati dari berbagai pondok pesantren se Kalsel agar senantiasa dapat menjaga nama baik pondok pesantren masing masing.
“Berikan yang terbaik, serap ilmu pengetahuan dan pengalaman yang beramanfaat dari pelaksanaan kegiatan ini, agar menjadi santri yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa,” ungkap H Rudi Resnawan di Martapura (09/04/2015).
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Ka.Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalsel Drs. H. Muhammad Tambrin, M.M.Pd mengatakan kegiatan PPSN tersebut selain sebagai ajang silaturrahmi bagi para santri se Kalsel, juga sebagai persiapan menjelang pelaksanaan PPSN IV Nasional yang akan digelar pada bulan Juli mendatang di Bumi Agro Wisata Tambang Ulang Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.
Sementara itu, mengenai rangkaian pelaksanaan kegiatan PPSN tingkat Provinsi tersebut H. Fajriannoor Subhi selaku panitia penyelenggara menjelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Kanwil Kemenag Kalsel melalui Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam bekerjasama dengan Pondok Pesantren Darul Hijrah selaku tuan rumah.
“Dalam kegiatan ini, selain dilaksanakan berbagai lomba terkait bidang kepramukaan bagi para peserta, juga akan dilaksanakan kegiatan orientasi kepramukaan, pentas seni dan malam api unggun,” katanya.
source
Dalam sambutannya Rudy berharap melalui kegiatan perkemahan ini, dapat membangaun atmosfir untuk saling belajar dan bertukar informasi, serta membentuk karakter dan kepribadian para santri yang unggul dan tangguh.
Selanjutnya, Rudy berpesan kepada ratusan peserta PPSN yang berasal dari pramuka santri dan santriwati dari berbagai pondok pesantren se Kalsel agar senantiasa dapat menjaga nama baik pondok pesantren masing masing.
“Berikan yang terbaik, serap ilmu pengetahuan dan pengalaman yang beramanfaat dari pelaksanaan kegiatan ini, agar menjadi santri yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa,” ungkap H Rudi Resnawan di Martapura (09/04/2015).
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Ka.Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalsel Drs. H. Muhammad Tambrin, M.M.Pd mengatakan kegiatan PPSN tersebut selain sebagai ajang silaturrahmi bagi para santri se Kalsel, juga sebagai persiapan menjelang pelaksanaan PPSN IV Nasional yang akan digelar pada bulan Juli mendatang di Bumi Agro Wisata Tambang Ulang Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.
Sementara itu, mengenai rangkaian pelaksanaan kegiatan PPSN tingkat Provinsi tersebut H. Fajriannoor Subhi selaku panitia penyelenggara menjelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Kanwil Kemenag Kalsel melalui Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam bekerjasama dengan Pondok Pesantren Darul Hijrah selaku tuan rumah.
“Dalam kegiatan ini, selain dilaksanakan berbagai lomba terkait bidang kepramukaan bagi para peserta, juga akan dilaksanakan kegiatan orientasi kepramukaan, pentas seni dan malam api unggun,” katanya.
source
Tuesday, April 7, 2015
Raimuna Daerah Jawa Timur 2013
Raimuna Daerah Jawa Timur sebagai event 5 tahun sekali hadir
kembali di tengah-tengah Penegak dan Pandega Jawa Timur dan merupakan sebuah kesempatan
besar bagi anggota pramuka di seluruh provinsi Jawa Timur. Kegiatan Raimuna dilaksanakan
pada tanggal 15-21 Desember 2013 bertempat di Desa Pramuka Lebakharjo,
Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Secara geografis Lebakharjo terletak
di Malang Selatan perbatasan antara Kabupaten Malang dengan Kabupaten Lumajang.
Desa yang dulu pernah digunakan kegiatan PW Asia Pasifik dan Comdeca kini telah
menjadi desa yang berkembang. Raimuna Daerah Jawa Timur kali ini diikuti oleh
1216 orang Pramuka Penegak Pandega yang berasal dari 38 Kwartir Cabang se-Jawa
Timur. Para peserta adalah hasil seleksi tingkat kwarcab.
MA NU Mazro’atul Ulum merupakan salah satu madrasah yang berperan
aktif dalam agenda kegiatan kepramukaan.
MA NU Mazro’atul Ulum mendapat undangan dari Kwarcab Lamongan untuk
mengajukan 2 orang (1 putra dan 1 putri) yang di seleksi bersama-sama dengan
sekolah lain. Tetapi, MA NU Mazro’atul Ulum hanya mengirimkan 1 orang putri
saja. Peserta seleksi dari MA NU di tingkat Kwartir Cabang Lamongan berhasil
lolos, yaitu (Zulfah Lis Syafawati) untuk berpartisipasi ke tingkat Provinsi Jawa
Timur.
Pada kesempatan kali ini, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lamongan mengirim
delegasi peserta sebanyak 4 sangga yang terdiri dari 2 sangga putra dan 2
sangga putri. Adapun yang mendapat amanat sebagai pinkoncab pada kegiatan ini
adalah Kak Anang dan Kak Elva. Untuk kegiatan Raimuna Daerah Jawa Timur selama
7 hari tersebut antara lain adalah kegiatan petualangan, budaya, saka, Global
Development Village, Gathering Activity, workshop, dan kegiatan bakti
masyarakat.
Dari kegiatan Raimuna
Daerah Jawa Timur
pramuka penegak dan pandega di kumpulkan bukan hanya untuk berpesta dan
bersenang-senang, namun pramuka penegak dan pandega diajarkan begitu banyak
pelajaran dan pengalaman berharga yang dapat diamalkan dan dibagikan kepada masyarakat,
dan pramuka penegak dan pandega juga dapat berkarya dengan nyata sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Seperti tema dalam ajang Raimuna Daerah Jawa Timur
2013 yaitu “ Berkarya dengan Nyata, Beraksi Dengan Kreasi”.
Monday, April 6, 2015
Tegak Tangguh 2009
Pada tanggal 12 Juli 2009 yang merupakan hari pertama masuk sekolah di Lembaga Pendidikan Mazra'atul Ulum Paciran, MA NU Mazroatul Ulum Paciran mendelegasikan siswa-siswinya untuk mengikuti Lomba Tegak Tangguh di Universitas Airlangga Surabaya. Kegiatan ini meliputi beberapa jenis kegiatan lomba keterampilan modern, misalnya Lomba membuat blog wordpress, lomba mading 4D, dan lain-lain.
Meskipun dalam kegiatan ini mereka tidak berhasil menyabet juara, namun menurut Kepala Madrasah tidak menjadi masalah, karena kalah menang itu urusan Allah dan nasib. Yang terpenting adalah bagaimana anak-anak bisa mendapatkan pengalaman dalam setiap kegiatan.
Thursday, April 2, 2015
Biografi H. Agus Salim
Haji Agus Salim
(lahir dengan nama Mashudul Haq (yang bermakna "pembela
kebenaran"); Koto Gadang, Bukittinggi, Minangkabau, (8 Oktober 1884–Jakarta, 4 November 1954) adalah seorang pejuang
kemerdekaan Indonesia.
Beliau menempuh pendidikannya di ELS (Europeese
Lagere School) dan HBS di Jakarta. Agus Salim terkenal sebagai orang yang
cerdas dan pandai, beliau menguasai sembilan bahasa asing, di antaranya
Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki dan Jepang. Pada waktu muda
beliau merantau sampai ke Arab Saudi untuk memperkaya pemikiran dan ilmunya.
Haji Agus Salim pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah Arab
Saudi.
Tokoh yang terkenal dengan penampilan
khasnya memakai kopiah dan berjanggut, menjabat sebagai Menteri Luar Negeri
pada periode 3 Juli 1947 - 20 Desember 1949. Pada masa jabatannya beliau
mengetuai delegasi Indonesia dalam Inter-Asian Relation Conference di
India dan berusaha membuka hubungan diplomatik dengan sejumlah Negara Arab,
terutama Mesir dan Arab Saudi.
Beliau merupakan salah satu diplomat ulung
Indonesia yang dikenal sering mewakili Indonesia di berbagai konferensi dan
pertemuan Internasional. Sosoknya telah dikenal di kalangan masyarakat
Internasional. Karena keluasan ilmunya, beliau diminta memberikan kuliah agama
Islam di Cornell University dan Princenton University, Amerika
Serikat.
Latar belakang
Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan
Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di
Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche
Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan
ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika
lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah
dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri.
Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di
Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad
Khatib, yang masih merupakan pamannya.
Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik
sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II.
Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun
Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik
terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia
Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar
Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika
di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem
(AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai
pemimpin Sarekat Islam.
Karir politik
Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan
Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.
Peran Agus Salim pada masa
perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
Ø
Anggota
Volksraad (1921-1924)
Ø
Anggota
panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
Ø
Menteri
Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan
Kabinet III 1947
Ø
Pembukaan
hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada
tahun 1947
Ø
Menteri
Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947
Ø
Menteri
Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949
Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang
cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari
"Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat
Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir
hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan
Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus
Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.
Setelah mengundurkan diri dari dunia
politik, pada tahun 1953 ia mengarang buku dengan judul Bagaimana Takdir,
Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan? yang lalu diperbaiki menjadi Keterangan
Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal.
Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di
RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata,
Jakarta.
Biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX (Sompilan Ngasem, Yogyakarta, 12 April 1912 -
Washington, DC, AS, 1 Oktober 1988) adalah salah seorang raja yang pernah
memimpin di Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Beliau juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau
juga dikenal sebagai Bapak Pramuka
Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka.
Lahir di Yogyakarta
dengan nama GRM Dorojatun pada 12 April 1912, Hamengkubuwono IX adalah
putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Di umur 4
tahun Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh
pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di
Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di
Universiteit Leiden, Belanda ("Sultan Henkie").
Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan
Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang
Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin
Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Songo". Beliau merupakan
sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi
Yogyakarta dengan predikat "Istimewa".
Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat
menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada
tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 beliau
diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978,
beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan
kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur
adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada
Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.
Beliau ikut menghadiri perayaan 50 tahun kekuasaan
Ratu Wilhelmina di Amsterdam, Belanda pada tahun 1938
Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di
Imogiri.
Silsilah
ü Mata uang Indonesia yang bergambar
Hamengkubuwono IX
ü Anak kesembilan dari Sultan
Hamengkubuwono VIII dan istri kelimanya RA
ü Kustilah/KRA Adipati Anum Amangku Negara/Kanjeng
Alit.
Memiliki
lima istri:
ü BRA Pintakapurnama/KRA Pintakapurnama
tahun 1940
ü RA Siti Kustina/BRA Windyaningrum/KRA
Widyaningrum/RAy Adipati Anum, putri Pangeran Mangkubumi, tahun 1943
ü Raden Gledegan Ranasaputra/KRA
Astungkara, putri Raden Lurah Ranasaputra dan Sujira Sutiyati Ymi Salatun,
tahun 1948
ü KRA Ciptamurti
ü Norma Musa/KRA Nindakirana, putri
Handaru Widarna tahun 1976
Memiliki
lima belas putra:
ü BRM Arjuna Darpita/KGPH Mangkubumi/KGPAA
Mangkubumi/Sri Sultan Hamengkubuwono X dari KRA Widyaningrum
ü BRM Murtyanta/GBPH Adi Kusuma/KGPH Adi
Kusuma dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan Dr. Sri Hardani
ü BRM Ibnu Prastawa/GBPH Adi Winata dari
KRA Widyaningrum, menikah dengan Aryuni Utari
ü BRM Kaswara/GBPH Adi Surya dari KRA
Pintakapurnama, menikah dengan Andinidevi
ü BRM Arumanta/GBPH Prabu Kusuma dari KRA
Astungkara, menikah dengan Kuswarini
ü BRM Sumyandana/GBPH Jaya Kusuma dari KRA
Windyaningrum
ü BRM Kuslardiyanta dari KRA Astungkara,
menikah dengan Jeng Yeni
ü BRM Anindita/GBPH Paku Ningrat dari KRA
Ciptamurti, menikah dengan Nurita Afridiani
ü BRM Sulaksamana/GBPH Yudha Ningrat dari
KRA Astungkara, menikah dengan Raden Roro Endang Hermaningrum
ü BRM Abirama/GBPH Chandra Ningrat dari
KRA Astungkara, menikah dengan Hery Iswanti
ü BRM Prasasta/GBPH Chakradiningrat dari
KRA Ciptamurti, menikah dengan Lakhsmi Indra Suharjana
ü BRM Arianta dari KRA Ciptamurti, menikah
dengan Farida Indah.
ü BRM Sarsana dari KRA Ciptamurti
ü BRM Harkamaya dari KRA Ciptamurti
ü BRM Svatindra dari KRA Ciptamurti
Memiliki tujuh
putri:
ü BRA Gusti Sri Murhanjati/GKR Anum dari
KRA Pintakapurnama, menikah dengan Kolonel Budi Permana/KPH Adibrata yang
menjadi Gubernur Sulawesi Selatan
ü BRA Sri Murdiyatun/GBRAy Murda Kusuma
dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan KRT Murda Kusuma
ü BRA Dr Sri Kuswarjanti/GBRAy Dr. Riya
Kusuma dari KRA Widyaningrum, menikah dengan KRT Riya Kusuma
ü BRA Dr Sri Muryati/GBRAy Dr. Dharma
Kusuma dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan KRT Dharma Kusuma
ü BRA Kuslardiyanta dari KRA Ciptomurti
ü BRA Sri Kusandanari dari KRA Astungkara
ü BRA Sri Kusuladewi/BRAy Padma Kusuma
dari KRA Astungkara, menikah dengan KRT Padma Kusuma
Nama : SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX
Lahir : Yogyakarta, 12 April 1912
Agama : Islam
Pendidikan :
-
ELS Yogyakarta
-
HBS, Semarang, Bandung, dan Haarlem
-
Faculteit Indologie Universiteit Leiden, Belanda
Karir :
-
Dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta (1940)
-
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)
-
Gubernur Militer untuk DIY (1945-1949)
-
Menteri Negara (1946-1949)
-
Menteri Pertahanan Koordinator Keamanan Dalam Negeri (1949)
-
Wakil Perdana Menteri (1950-1951)
-
Menteri Pertahanan (1952-1953)
-
Ketua Bapekan (1960-1962)
-
Ketua BPK (1964-1966)
-
Waperdam Bidang Ekuin (1966)
-
Menteri Utama Bidang Ekonomi & Keuangan (1966-1967)
-
Menteri Negara Ekuin (1967-1973)
-
Wakil Presiden RI (1973-1978)
Kegiatan Lain :
-
Ketua Umum KONI Pusat
-
Ketua Gerakan Pramuka
-
Ketua Dewan Pembimbing Pariwisata Nasional
Sultan Yogya ini gemar menonton silat. Ketika tidak
lagi menjabat Wakil Presiden, kegemaran akan silat ini disalurkannya melalui
video. Dan begitulah, pada Juli 1985, sehabis menyaksikan tak kurang dari
sepuluh seri cerita silat Mandarin, Sri Sultan terjatuh ketika menuju kamar
mandi.
Sekitar dua minggu Sultan terbaring di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Acaranya yang penting, menandatangani perjanjian
kerja sama antara Kota Yogya dan Kota Kyoto, Jepang, harus diwakilkan kepada
Sri Paku Alam VIII, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan Sri Sultan
tetap harus banyak beristirahat, sehingga penyulutan Api PON XI yang rencananya
dilakukannya sendiri, sebagai Ketua Umum KONI Pusat, juga diwakilkan.
Lahir dengan nama Raden Mas Daradjatoen, di Universitas Leiden, Belanda, ia tak
sempat merampungkan studinya. Begitu mempersiapkan skripsi dalam bidang
indologi, telegram ayahnya, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, datang. Daradjatoen
diminta pulang.
Ayahnya menjemput di Batavia, kini Jakarta. Ayah dan
anak menginap di Hotel Des Indes, sekarang pusat pertokoan Duta Merlin. Tidak
ada pembicaraan serius antara keduanya. ''Kami tak ada waktu untuk itu. Terlalu
banyak acara yang harus dipenuhi,'' tutur Daradjatoen.
Salah satu acara penting adalah, Daradjatoen menerima keris pusaka Kiai Jaka
Piturun di sebuah kamar hotel dari ayahnya sendiri. ''Keris pusaka yang sampai
sekarang tersimpan baik di keraton itu adalah yang selalu diserahkan oleh raja
kepada seseorang yang diinginkannya menjadi putra mahkota. Dengan penyerahan
keris itu, menjadi jelaslah maksud ayah saya dan saudara-saudara saya,'' tutur
Daradjatoen beberapa tahun kemudian -- setelah menjadi Hamengkubuwono IX --
seperti tertulis dalam buku biografinya, Tahta untuk Rakyat. Dan rencana itu
memang berjalan mulus. Ia dilantik menjadi Putra Mahkota pada 18 Maret 1940, lima
bulan setelah ayahnya wafat (22 Oktober 1939), dengan gelar Pangeran Adipati
Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putra Narendra Mataram.Selang lima menit
kemudian, di tempat yang sama, Bangsal Manguntur Tangkil -- tempat para Sultan
biasa bersemadi -- ia dinobatkan menjadi Sultan Yogyakarta dengan gelar:
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga
Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping IX. Ucapannya yang sangat
terkenal pada saat pelantikan itu adalah, ''Walaupun saya telah mengenyam
pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap
orang Jawa,'' kata Sultan baru ini.
Menjelang masuknya Jepang, bangsawan Jawa banyak yang khawatir akan tentara penjajah yang menggantikan Belanda ini. Mereka mengajak Sultan menyingkir ke Australia, atau ke Belanda. ''Apa pun yang terjadi, saya tidak akan meninggalkan Yogya. Justru bila bahaya memuncak, saya wajib berada di tempat, demi keselamatan keraton dan rakyat,'' katanya.
Tidaklah aneh kalau Raja Yogya ini ikut berjuang di
masa perjuangan kemerdekaan. Andilnya besar dalam perundingan-perundingan
dengan Belanda. Sudah banyak diketahui, bagaimana sikap Sultan membela tanah
airnya, dan membela keutuhan keraton. Jabatan-jabatan di luar keraton yang
dipegangnya juga bukanlah enteng. Sultan menjadi Menteri Negara (1946-1949),
Menteri Pertahanan Koordinator Keamanan Dalam Negeri (1949), Wakil Perdana
Menteri (1950-1951). Di masa Orde Baru, ia Wakil Presiden (1973-1978).
Nama panggilannya di masa kecil memang berbau Eropa:
Henkie. Ia menjadi anggota perkumpulan kepanduan NIPC (Nederlands Indische
Padvinders Club). Di sinilah ia mendapat kepandaian memasak. Kelak, setelah
menjadi orang penting, ia punya klub memasak tak resmi. Anggotanya, Radius Prawiro,
Budiardjo, Frans Seda, Surono Reksodimedjo, Soegih Arto, Ashari Danudirdjo, dan
D. Suprayogi. ''Tetapi kini saya jarang memasak lagi,'' kata Sultan.
Istri Sultan HB IX yang dikenal dan setia mengikuti
upacara di Keraton Yogya, ada empat: B.R.A. Pintoko Poernomo yang memberi lima
anak, B.R.A. Windijaningroem yang memberi empat anak, B.R.A. Hastoengkoro
memberi enam anak, dan B.R.A. Tjiptomoerti memberi enam anak. Yang mengagetkan,
suatu ketika, di depan keempat istrinya itu, Sultan menyatakan, tidak seorang
pun yang berstatus garwa padmi (permaisuri). Konsekuensi pernyataan ini adalah,
tidak akan ada Putra Mahkota, dan itu berarti tidak ada tanda-tanda munculnya
Sultan HB X, sebagai penggantinya.
Tjiptomoertilah yang menemani Sultan di Jakarta,
selama ia memegang berbagai jabatan penting. Beberapa bulan setelah
Tjiptomoerti wafat, 30 Maret 1980, Sultan menikahi Norma, wanita dari Kampung
Tanjung, Mentok, Pulau Bangka -- yang dibawa Bung Karno dan dijadikan anak
angkatnya di Jakarta. Kabarnya, tak pernah diajak Sultan ke Keraton Yogyakarta.
Bersama Norma, Sultan aktif dalam berbagai kegiatan usaha dan mengurusi olah
raga. Hari ulang tahun Sultan belakangan ini selalu dirayakan di cabang-cabang
Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) tempat Sultan HB IX menjabat Presiden
Komisaris Kehormatan. Ulang tahun ke-73 (1985) dirayakan bersamaan dengan
peresmian BDNI Cabang Semarang.
Sultan Hamengkubuwono IX
Siapa yang tak kenal Sultan Hamengkubuwono IX. Tokoh
nasional yang banyak berjasa dalam perkembangan dunia kepanduan di negeri ini.
sosok Sultan Hamengkubuwono begitu melekat di hati para pramuka. Ya, tokoh
nasional yang sempat menjabat sebagai wakil presiden RI ini pun disebut-sebut
sebagai bapak pramuka Indonesia.
Dilahirkan di Dalem Pakuningratan kampung Sompilan
Ngasem pada hari Sabtu Paing tanggal 12 April 1912 atau menurut tarikh Jawa
Islam pada tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842 dengan nama Dorodjatun.
Ayahanda beliau adalah Gusti Pangeran Haryo Puruboyo. Sedangkan ibunya bernama
Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Raden
Ayu Adipati Anom.
Ketika berusia 3 tahun, beliau diangkat menjadi
putera mahkota (calon raja) dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom
Hamengku Negara Sudibya Raja Putera Narendra ing Mataram. Dan sejak usia 4
tahun beliau sudah hidup terpisah dari keluarganya, dititipkan pada keluarga
Mulder seorang Belanda yang tinggal di Gondokusuman. Konon, orangtuanya
menginginkan sang putra mahkota ini lebih mendapat pendidikan yang penuh
disiplin dan gaya hidup yang sederhana sekalipun ia putra seorang raja.
Dalam keluarga Mulder itu beliau diberi nama
panggilan Henkie yang diambil dari nama Pangeran Hendrik, suami Ratu Wilhelmina
dari Negeri Belanda. Henkie mulai bersekolah di taman kanak-kanak atau Frobel
School asuhan Juffrouw Willer yang terletak di Bintaran Kidul.
Pada usia 6 tahun beliau masuk sekolah dasar Eerste
Europese Lagere School dan tamat pada tahun 1925. Kemudian beliau melanjutkan
pendidikan ke Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan
kemudian di Bandung. Dan di tahun 1931, beliau berangkat ke Belanda untuk
kuliah di Rijkuniversiteit Leiden, mengambil jurusan Indologie (ilmu tentang
Indonesia) kemudian ekonomi. Akhirnya beliau kembali ke Indonesia pada tahun 1939.
Setahun kemudian, tepatnya pada hari Senin Pon
tanggal 18 Maret 1940 atau tanggal 8 bulan Sapar tahun Jawa Dal 1871, putra
mahkota ini akhirnya dinobatkan sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat dengan
gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono, Senopati Ing
Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX.
Arti gelar tersebut ialah bahwa sultanlah penguasa
yang sah dunia yang fana ini, dia juga Senopati Ing Ngalogo yang berarti
mempunyai kekuasaan untuk menentukan perdamaian atau peperangan dan bahwa dia
pulalah panglima tertinggi angkatan perang pada saat terjadi peperangan. Sultan
juga Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo atau penata agama yang pemurah, sebab dia
diakui sebagai Kalifatullah, pengganti Muhammad Rasul Allah.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan contoh
bangsawan yang demokratis. Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak
perubahan di bawah pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4
tahun membuat HB IX menemukan banyak alternatif budaya untuk menyelenggarakan
Keraton Yogyakarta di kemudian hari. Berbagai tradisi keraton yang kurang
menguntungkan dihapusnya dan dengan alternatif budaya baru HB IX menghapusnya.
Meski begitu bukan berarti ia menghilangkan
substansi sendiri sejauh itu perlu dipertahankan. Bahkan wawasan budayanya yang
luas mempu menemukan terobosan baru untuk memulihkan kejayaan kerajaan
Yogyakarta. Bila dalam masa kejayaan Mataram pernah berhasil mengembangkan
konsep politik keagungbinataraan yaitu bahwa kekuasaan raja adalah agung
binathara bahu dhenda nyakrawati, berbudi bawa leksana ambeg adil para marta
(besar laksana kekuasaan dewa, pemeliharaan hukum dan penguasa dunia, meluap
budi luhur mulianya, dan bersikap adil terhadap sesama), maka HB IX dengan
wawasan barunya menunjukkan bahwa raja bukan lagi gung binathara, melainkan
demokratis. Raja berprinsip kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa
leksana.
Di samping itu HB IX juga memiliki paham kebangsaan
yang tinggi. Dalam pidato penobatannya sebagai Sri Sultan HB IX ada dua hal
penting yang menunjukkan sikap tersebut. Pertama, adalah kalimat yang berbunyi,
”Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun
pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.”
Kedua, adalah ucapannya yang berisi janji
perjuangan, ”Izinkanlah saya mengakhiri pidato saya ini dengan berjanji, semoga
saya dapat bekerja untuk memenuhi kepentingan Nusa dan Bangsa, sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang ada pada saya.” Wawasan kebangsaan HB IX juga
terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik Indonesia dengan sangat
konsekuen. Segera setelah Proklamasi RI beliau mengirimkan amanat kepada
Presiden RI yang menyatakan keinginan kerajaan Yogyakarta untuk mendukung
pemerintahan RI.
Ketika Jakarta sebagai ibukota RI mengalami situasi
gawat, HB IX tidak keberatan ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta. Begitu juga
ketika ibukota RI diduduki musuh, beliau bukan saja tidak mau menerima bujukan
Belanda untuk berpihak pada mereka. Tapi mengambil inisatif yang sebenarnya
dapat membahayakan dirinya, termasuk mengijinkan para gerilyawan bersembunyi di
kompleks keraton pada serangan umum 1 Maret 1949. Jelaslah bahwa beliau seorang
raja yang republiken. Setelah bergabung dengan RI, HB IX terjun dalam dunia
politik nasional.
Dan di tahun 1968, beliu diangkat sebagai Ketua
Kwartir Nasionl Gerakan Pramuka hingga tahun 1978. Sebagai pemimpin organisasi
kepanduan, beliau pun termasuk tokoh yang mendapat anugerah Bronze Wolf Award
dari World Organization of Scout Movement (WOSM). Inilah penghargaan tertinggi
dalam dunia kepanduan. Selain beliau, tokoh kepanduan Indonesia yang pernah
menerima Bronze Wolf Award. yaitu Mashudi, H Azis Saleh, dan Liem Beng Kiat.
Akhirnya, beliau menghembuskan nafas terakhir, pada 1 Oktober 1988 di RS George Washington
University Amerika Serikat pukul
04.30 waktu setempat. Seminggu kemudian, tepatnya 8 Oktober 1988, jenazah
beliau dikebumikan di Astana Saptarengga, komplek pemakaman Raja Mataram di
Imogiri, sekira 17 km selatan kota Yogyakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)